Warung Online

Senin, 06 Juni 2011

"Kisah Seorang Anak Yang Mencoret Mobil Ayahnya"







Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan

anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini,

perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap

kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah ia bersama

ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan

lain-lain di halaman rumahnya.



Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat

mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka

coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena

mobil itu berwarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak

ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet.

Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri

mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing

dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari

oleh si pembantu rumah.



Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang
baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya.
Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit,
“Kerjaan siapa ini!!” …. Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan
itu berlari keluar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis

tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan

‘Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu di rumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?”
hardik si isteri lagi.



Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari
kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu
ayah.. cantik…kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja
seperti biasa. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang
ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya
berkali-kali ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tidak mengerti apa-
apa menangis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak
tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan
hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus
berbuat apa. Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian
ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu

rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.



Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil
luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu.
Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga
menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si
pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan
anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah
tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan
obat saja!” jawab bapak si anak.



Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan
waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada
anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya
sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada
pembantu rumah. “Dita demam, Bu”, jawab pembantunya ringkas. “Kasih
minum panadol saja”, jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia
menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan
pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu

badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 sudah
siap”, kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah
dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit
karena keadaannya sangat serius. Setelah beberapa hari dirawat inap
dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..”, kata
dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong
karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut. Ini sudah bernanah, demi

menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku

ke bawah”, kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar

kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.



Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya,
si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan.
Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si
anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya
berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah
pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.
Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.
“Ayah... ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah
pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu”, katanya
berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga
sayang mbok Narti”, katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus
membuat wanita itu meraung histeris.



“Ayah... kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil. Dita janji tidak akan
mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti? Bagaimana
Dita mau bermain nanti? Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil
lagi”, katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar
kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang
sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur.
Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan
dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong
meski sudah minta maaf. Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut
menahan kepedihan dan kehancuran batin sampai suatu saat sang Ayah tak
kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya
yg tak bertepi. Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan
kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan
selalu merindukan ayahnya.

Share

0 komentar:

Posting Komentar

!! GREETINGS TO LOVERS MANIA !!: ...Have a Nice Day.... Gifts of blessings , peace , love & joy to your heart & home !! NICE DAY . Indra's_online wish u all the best....